Budaya
*“Dari berbagai transformasi ini, yang harus kita syukuri bersama adalah kisah dari perjalanan panjang Kota Kediri yang selalu membawa perubahan dan membawa kebaikan untuk masyarakat,” ujar Wali Kota Kediri. *
Kediri, Radio On Air Fm
Rangkaian peringatan Hari Jadi Kota Kediri ke-1141 tidak akan berlangsung meriah seperti tahun lalu. Hal itu karena kegiatan yang berlangsung saat pandemi virus Corona atau Covid-19 lebih banyak digelar secara virtual dengan peserta terbatas.
Termasuk ritual adat yang disakralkan prosesi Manusuk Sima tetap digelar, namun dengan protokol kesehatan yang ketat.
Manusuk Sima sebagai visualisasi dari sebuah peristiwa yang telah terjadi 1140 tahun yang lalu. Hal ini untuk menunjukkan sejarah berdirinya Kota Kediri berdasarkan Prasasti Kwak yang ditemukan di Desa Ngabean, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah tahun 1892.
Pada prasasti tersebut berangka tahun 801 saka atau tanggal 27 Juli 879 M. Untuk itu, setiap tanggal 27 Juli diperingati sebagai Hari Jadi Kota Kediri. Dalam upacara Manusuk Sima tersebut hanya dihadiri para Budayawan dengan pakaian kebesarannya di Taman Tirtoyoso Kota Kediri, Senin (27/7).
Peserta prosesi itu sendiri dibatasi tidak lebih dari 40 orang dan digelar tanpa penonton di Situs Kuwak, Taman Tirtayasa, Kota Kediri.
Kepada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Kediri, Nur Muhyar, menjelaskan, masyarakat bisa menyaksikan siaran langsung prosesi Manusuk Sima melalui YouTube.
“Manusuk Sima sudah tradisi tahunan, untuk menghormati leluhur para pendiri Kediri, kami tidak bisa menghapusnya dari rangkaian hari jadi," jelas Nur Muhyar pada Radio On Air Fm
Dikatakannya, nilai-nilai yang terkandung dalam ritual Manusuk Sima menjadi pengingat atau tetenger bahwa ada masa ketika Kediri ditetapkan menjadi sebuah wilayah, yang berdiri dan tetap bertahan hingga sekarang, bahkan dari nama Kediri pun tetap dipakai hingga saat ini.
Nur Muhyar yang juga ketua panitia Hari Jadi Kota Kediri berharap rangkaian acara ini berjalan lancar dan tidak mengurangi makna perayaan hari jadi.
"Kita peringati hari jadi dengan sederhana, mengingat situasi pandemi yang tidak memungkinkan kita gelar secara besar-besaran,” ungkapnya.
Sementara itu, Mas Abu sapaan akrab Wali Kota Kediri menjelaskan bahwa Manusuk Sima ini mengandung arti penetapan sawah pategalan seluas empat tampah. Pelaksanaan penetapan sawah pategalan ini pada masa kejayaan Raja Rakai Kayuwangi, tanah Sima ini sangat subur, dialiri air patirtan Tirtoyoso sehingga dapat mensejahterakan masyarakat Kota Kediri pada 1140 tahun yang lalu.
Lebih lanjut Wali Kota Kediri mengungkapkan selama 1140 tahun, Kota Kediri telah mengalami beberapa kali transformasi. Dimulai dari dijadikannya Kediri sebagai ibukota kerajaan, kemudian dengan memiliki sebuah dermaga kapal pada masa itu, Kota Kediri menjadi kota dagang dengan Arab, Cina, Malaka dan Nusantara. Transformasi selanjutnya ada di bidang ekonomi, mulai dari manufaktur lama yaitu pabrik gula, kemudian manufaktur baru yaitu industri rokok hingga saat Ini menjadi kota berbasis jasa.
"Situasi pandemi Covid-19 ini sangat tidak memungkinkan penyelenggaraan acara yang mengumpulkan orang banyak,” jelasnya.
Abdullah Abu Bakar juga menjelaskan, rangkaian hari jadi yang dimulai dengan acara Semaan Alquran hingga pagelaran ritual Manusuk Sima dilakukan secara virtual.
Rangkain acara juga mencakup pegelaran musik virtual dan pameran UMKM virtual. Pemkot Kediri akan melaunching program IKM Go Digital.
“Dari berbagai transformasi ini, yang harus kita syukuri bersama adalah kisah dari perjalanan panjang Kota Kediri yang selalu membawa perubahan dan membawa kebaikan untuk masyarakat,” ujar Wali Kota Kediri.
Orang nomor satu di Kota Kediri ini juga berpesan untuk selalu menjaga kebudayaan leluhur ditengah keberagaman, modernisasi dan kemajuan teknologi saat ini. Seperti yang pernah disampaikan Presiden Pertama Indonesia Soekarno, jas merah, Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.,(ndi)
Di Tengah Pandemi, Ritual Sakral Manusuk Sima dalam Hari Jadi Kota Kediri ke-1141 Digelar Virtual
*“Dari berbagai transformasi ini, yang harus kita syukuri bersama adalah kisah dari perjalanan panjang Kota Kediri yang selalu membawa perubahan dan membawa kebaikan untuk masyarakat,” ujar Wali Kota Kediri. *
Kediri, Radio On Air Fm
Rangkaian peringatan Hari Jadi Kota Kediri ke-1141 tidak akan berlangsung meriah seperti tahun lalu. Hal itu karena kegiatan yang berlangsung saat pandemi virus Corona atau Covid-19 lebih banyak digelar secara virtual dengan peserta terbatas.
Termasuk ritual adat yang disakralkan prosesi Manusuk Sima tetap digelar, namun dengan protokol kesehatan yang ketat.
Manusuk Sima sebagai visualisasi dari sebuah peristiwa yang telah terjadi 1140 tahun yang lalu. Hal ini untuk menunjukkan sejarah berdirinya Kota Kediri berdasarkan Prasasti Kwak yang ditemukan di Desa Ngabean, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah tahun 1892.
Pada prasasti tersebut berangka tahun 801 saka atau tanggal 27 Juli 879 M. Untuk itu, setiap tanggal 27 Juli diperingati sebagai Hari Jadi Kota Kediri. Dalam upacara Manusuk Sima tersebut hanya dihadiri para Budayawan dengan pakaian kebesarannya di Taman Tirtoyoso Kota Kediri, Senin (27/7).
Peserta prosesi itu sendiri dibatasi tidak lebih dari 40 orang dan digelar tanpa penonton di Situs Kuwak, Taman Tirtayasa, Kota Kediri.
Kepada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Kediri, Nur Muhyar, menjelaskan, masyarakat bisa menyaksikan siaran langsung prosesi Manusuk Sima melalui YouTube.
“Manusuk Sima sudah tradisi tahunan, untuk menghormati leluhur para pendiri Kediri, kami tidak bisa menghapusnya dari rangkaian hari jadi," jelas Nur Muhyar pada Radio On Air Fm
Dikatakannya, nilai-nilai yang terkandung dalam ritual Manusuk Sima menjadi pengingat atau tetenger bahwa ada masa ketika Kediri ditetapkan menjadi sebuah wilayah, yang berdiri dan tetap bertahan hingga sekarang, bahkan dari nama Kediri pun tetap dipakai hingga saat ini.
Nur Muhyar yang juga ketua panitia Hari Jadi Kota Kediri berharap rangkaian acara ini berjalan lancar dan tidak mengurangi makna perayaan hari jadi.
"Kita peringati hari jadi dengan sederhana, mengingat situasi pandemi yang tidak memungkinkan kita gelar secara besar-besaran,” ungkapnya.
Sementara itu, Mas Abu sapaan akrab Wali Kota Kediri menjelaskan bahwa Manusuk Sima ini mengandung arti penetapan sawah pategalan seluas empat tampah. Pelaksanaan penetapan sawah pategalan ini pada masa kejayaan Raja Rakai Kayuwangi, tanah Sima ini sangat subur, dialiri air patirtan Tirtoyoso sehingga dapat mensejahterakan masyarakat Kota Kediri pada 1140 tahun yang lalu.
Lebih lanjut Wali Kota Kediri mengungkapkan selama 1140 tahun, Kota Kediri telah mengalami beberapa kali transformasi. Dimulai dari dijadikannya Kediri sebagai ibukota kerajaan, kemudian dengan memiliki sebuah dermaga kapal pada masa itu, Kota Kediri menjadi kota dagang dengan Arab, Cina, Malaka dan Nusantara. Transformasi selanjutnya ada di bidang ekonomi, mulai dari manufaktur lama yaitu pabrik gula, kemudian manufaktur baru yaitu industri rokok hingga saat Ini menjadi kota berbasis jasa.
"Situasi pandemi Covid-19 ini sangat tidak memungkinkan penyelenggaraan acara yang mengumpulkan orang banyak,” jelasnya.
Abdullah Abu Bakar juga menjelaskan, rangkaian hari jadi yang dimulai dengan acara Semaan Alquran hingga pagelaran ritual Manusuk Sima dilakukan secara virtual.
Rangkain acara juga mencakup pegelaran musik virtual dan pameran UMKM virtual. Pemkot Kediri akan melaunching program IKM Go Digital.
“Dari berbagai transformasi ini, yang harus kita syukuri bersama adalah kisah dari perjalanan panjang Kota Kediri yang selalu membawa perubahan dan membawa kebaikan untuk masyarakat,” ujar Wali Kota Kediri.
Orang nomor satu di Kota Kediri ini juga berpesan untuk selalu menjaga kebudayaan leluhur ditengah keberagaman, modernisasi dan kemajuan teknologi saat ini. Seperti yang pernah disampaikan Presiden Pertama Indonesia Soekarno, jas merah, Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.,(ndi)
Via
Budaya
Post a Comment